Sabtu, 13 Agustus 2011

Kata-kata Mutiara Presiden Soekarno


Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi apakah kita semua masih ingat kata-kata mutiara Putra Sang Fajar?

1. “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno).

2. “Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno).

3. “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno).

4. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno).

5. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961).

6. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno.

7. “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).

8. “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno).

9. “Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno).

10. “Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno).

11. “Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno).

12. “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno).

13. “Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno).

14. “Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno).

15. “Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno).

16. Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia.

Jumat, 12 Agustus 2011

Ingin Berbakti Kepada Guru


Napak
 tilas—sebuah ungkapan yang dapat dimaknai sebagai “mengikuti jejak pendahulu dalam hal kebaikan”—sebenarnya merupakan sunnah Rasul dan para sahabat. Pada suatu ketika, beberapa orang sahabat pergi ke Madinah dengan mengendarai onta. Di bagian tertentu kota yang dikenal dengan sebutan Al-Madînah al-Munawwarah ini, pimpinan rombongan membawa ontanya berkeliling beberapa kali dan kemudian berhenti di depan sebuah rumah. Anggota rombongan terheran-heran dan bertanya, “Mengapa Anda melakukan hal itu?” Sang pimpinan menjawab, “Aku hanya mengikuti apa yang pernah dilakukan Rasul ketika pertama kali hijrah ke kota ini.”
Dalam kisah tersebut, pimpinan rombongan telah melakukan napak tilas, dan perbuatan itu pada dasarnya tidak termasuk dalam kategori ibadah. Hanya saja, karena hal itu dilakukan dengan niat “mengikuti jejak Rasul”, maka insya Allah akan tetap dicatat sebagai ibadah yang mendatangkan pahala. Sebuah hadis yang sangat terkenal mengatakan, “Setiap perbuatan tergantung pada niat, dan seseorang akan diberi pahala sesuai dengan niatnya.”
Ibadah haji, dengan semua manasiknya, yang ditetapkan Tuhan sebagai salah satu rukun Islam, sebenarnya juga merupakan napak tilas akbar yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu mengikuti jejak Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm dan salah seorang istrinya (Siti Hajar ‘alaihassalâm). Siti Hajar pernah berlari-lari panik mencari air dan juga pernah melempar Iblis yang berwujud manusia dengan batu atas perintah Tuhannya. Dua peristiwa ini, dalam manasik haji, dikenal dengan istilah sa’i dan lempar jumrah.
Sekarang pun kita sedang melakukan napak tilas, mengikuti jejak YML. Ayahanda Guru, berziarah ke makam wali-wali Allah shalâtullâhi wa salamuhu ‘alaihim ajma’în dengan niat ilâhî anta maqshûdî wa ridhâka mathlûbî. Berziarah ke makam mereka sama nilainya dengan berziarah kepada mereka ketika mereka masih hidup.


Siapakah Wali-Wali Allah Itu?
Menurut berbagai riwayat yang sahih, wali-wali Allah adalah hamba-hamba Allah yang memiliki karakteristik utama “tidak pernah lepas dari berdzikir kepada Allah” sebagaimana halnya Nabi saw. yang oleh `Âisyah digambarkan dengan “selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap detik yang beliau miliki”. Sebuah hadis yang berasal dari `Abdullâh ibn Mas`ûd menyatakan,  “Sesungguhnya di antara manusia ada kunci-kunci dzikrullah; apabila mereka dilihat orang maka orang (yang melihat) itu langsung berdzikir kepada Allah.”
Maksud “kunci-kunci dzikrullah” dalam riwayat tersebut adalah wali-wali Allah sesuai dengan sebuah hadis dalam riwayat Ibn `Abbâs yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allah itu?” Beliau menjawab dengan redaksi, “Orang-orang yang apabila mereka dilihat orang maka orang (yang melihat) itu serta merta berdzikir kepada Allah karena melihat mereka.”
Dalam hal dzikrullah semua wali adalah sama. Mereka dalam berdzikir sama-sama menjadi “nol”, ma’rifat mereka putus, dan yang ada hanya Mursyid. Mereka sama-sama ahli waris para nabi (waratsatul anbiyâ’), yang mengemban amanat dari “Langit” untuk menegakkan kalimatullâhi hiyal ‘ulyâ di muka bumi, dengan membawa hikmah akbar di dada mereka secara estafet, berantai, sambung-menyambung, yang pangkalnya adalah Nabi Agung Muhammad SAW.
Mursyid atau wali mursyid (istilah yang digunakan Al-Quran) adalah pembawa channelnûrun ‘alâ nûrin yang harus ditemukan semasa masih hidup oleh orang yang menuntut ilmu, dan wali semacam itu tidak akan pernah ditemukan kecuali oleh orang yang memperoleh petunjuk. Dalam sebuah ayat Al-Quran Tuhan berfirman, “Cahaya di atas cahaya (nûrun ‘alâ nûrin), Allah memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya untuk menemukan cahaya-Nya.” (QS. An-Nûr [24]: 35). Dalam ayat yang lain Dia menegaskan, “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ia benar-benar memperoleh petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan, maka ia tidak akan pernah menemukan seorang wali mursyid.” (QS. Al-Kahfi [18]: 17). Tuhan yang dalam Al-Quran disebut dengan
Jadi, urgensi nûrun ‘alâ nûrin yang dibawa oleh wali mursyid sangat mutlak dalam kehidupan ber-Tuhan dan tidak mungkin diragukan kecuali oleh orang-orang yang memang “jauh dari hidayah”. Nûrun ‘alâ nûrin adalah faktor asasi yang menyebabkan amal setiap hamba (doa, salat, munajat, dll.) sampai ke puncak tujuan, yaitu Allah ‘azza wa jalla. Nabi pun tidak akan pernah sampai ke hadirat Tuhan andaikata beliau tidak memiliki nûrun ‘alâ nûrin yang dibawa Jibril a.s. dengan sebutan burâq. Jibril sendiri menduduki fungsi mursyid bagi Nabi; ia membimbing dan menyelamatkan Nabi dalam perjalanan spiritual beliau menuju Tuhan. Andaikata tidak ada Jibril, niscaya Nabi telah terkecoh oleh bujuk rayu Iblis la’natullâh, dan selanjutnya Nabi pun—dengan nûrun ‘alâ nûrin yang ditanamkan Allah dalam rohani beliau—berfungsi sebagai mursyid bagi para sahabat sehingga mereka juga memperoleh karunia Tuhan berupa munajat yang efektif dengan berbagai pengalaman spiritual, antara lain melihat sorga dan neraka sebagaimana yang dialami Abû Bakar al-Shiddîq; dan pada gilirannya Abû Bakar al-Shiddîq pun menjadi mursyid sepeninggal Nabi, dan begitulah seterusnya secara berantai hingga sekarang.


Warisan Islam Kaffah
Meskipun semua wali Allah memiliki esensi yang sama, mereka secara alamiah memiliki perbedaan antara yang satu dan yang lain dalam hal tradisi, gaya dan penampilan. Perbedaan antara mereka dalam hal ini sama dengan perbedaan antara nabi yang satu dan nabi yang lain dalam hal yang sama. Namun begitu, satu hal yang pasti adalah bahwa ma’rifat mereka sudah putus; sebagai ahli waris Nabi mereka sama-sama mewarisi kerohanian (tarekat) Nabi dan secara otomatis mereka mewarisi syariat beliau sekaligus. Syariat dan tarekat atau fikih dan tasawuf adalah ibarat mata uang logam atau “saudara kembar” yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dan yang lain. YML. Ayahanda Guru pernah mengatakan, “Tarikat yang suci harus berdiri di atas syariat yang murni.” Beliau juga bahkan pernah mengatakan, “Tarikat itu adalah pengamalan syariat itu sendiri …. Kita harus masuk agama Islam secara keseluruhan, melaksanakan syariat dan hakikat zahir dan batin.”
Banyak sekali fatwa-fatwa YML. Ayahanda Guru yang menganjurkan agar kita semua mengamalkan ajaran Islam secara secara keseluruhan. Beberapa bulan sebelum berlindung, tepatnya pada tanggal 21 Juni 2000, beliau bahkan masih mengingatkan kita semua dengan fatwa-fatwa beliau, antara lain bahwa “mengamalkan syariat tanpa tarikat tidaklah bermanfaat”, dan sebaliknya “mengamalkan tarikat tanpa syariat tidaklah berkat”.
Fatwa YML. Ayahanda Guru semacam itu bahkan sering diulang-ulang oleh beliau—suatu hal yang sebenarnya mengisyaratkan bahwa kerohanian (tarekat) saja tidak cukup sebagai bekal untuk menjalani kehidupan yang ideal (sukses, harmonis, tenang dan bahagia). Islam adalah agama yang meliputi tiga unsur pokok: kerohanian, fikih dan akhlak. Dalam istilah Quraish Shihab ketiga unsur pokok ini disebut dengan akidah, syari’ah dan akhlak. Meskipun ada kemungkinan membagi kandungan ajaran Islam menjadi lebih banyak lagi, semuanya tetap tercakup dalam ketiga unsur pokok ini. Gabungan ketiga unsur pokok inilah yang dimaksud dengan Islam Kaffah dan yang wajib diamalkan oleh setiap Mukmin. Dalam kaitan ini, Tuhan berfirman, “Masuklah kalian semua ke dalam Islam secara kaffah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208).
Dengan ketiga unsur tersebut—di mana fikih memiliki porsi yang sangat kecil (dalam Al-Quran hanya ada sekitar 200 ayat yang menyinggung soal fikih)—agama Islam menjadi agama yang sempurna. Kesempurnaan agama ini bahkan ditegaskan Tuhan melalui firman-Nya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan agama kalian, telah Kusempurnakan pula nikmat-Ku atas kalian, dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian.” (QS. Al-Mâidah [5]: 3).
Agama tanpa kerohanian adalah mustahil, bahkan dapat dikatakan bukan agama, melainkan hanya budaya belaka. Di sinilah letak “kekeliruan” pihak-pihak yang menentang tarekat. Mereka tidak mau menyadari bahwa dengan fikih an sich agama menjadi hilang keindahan dan kenikmatannya. Fikih membuat agama menjadi gersang dan cenderung melahirkan ekstremitas yang tidak proporsional. Perpecahan internal umat Islam pada umumnya terjadi karena paradigma fikih yang tidak dibarengi dengan kerohanian dan akhlak.
Sebaliknya, agama dengan kerohanian saja tanpa fikih dan akhlak—meminjam istilah YML. Ayahanda Gurutidaklah berkat, bahkan cenderung menimbulkan keresahan dan ketidakharmonisan. Kerohanian (tarekat) an sich, apalagi dengan kualitas yang sangat pas-pasan, tidak dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai problem kehidupan yang dihadapi manusia. Nabi Musa a.s. tidak pernah menyuruh ular “metafisik”-nya mencangkul sawah dan menanam padi yang hasilnya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kepada ularnya Nabi Musa tidak pernah berkata, “Lar, tolong cangkulkan sawah ini; persediaan berasku sudah hampir habis!”
Memang, dalam kasus-kasus tertentu, kekuatan metafisik yang dijolok dengan kerohanian “tampak” dapat menyelesaikan masalah-masalah kehidupan duniawi, seperti kasus Nabi Ibrahim a.s. yang tidak terbakar api Namrud, atau tongkat Nabi Musa yang membelah lautan guna penyelamatan diri dari pasukan Fir’aun, atau keajaiban ‘Isa a.s. yang menghidupkan orang mati, atau juga kedahsyatan “batu sijjil” YML. Ayahanda Guru yang memadamkan api Galunggung. Semua itu sebenarnya hanya berlaku sebagai mu’jizat bagi nabi-nabi Allah atau sebagai karamah bagi wali-wali-Nya untuk membuktikan kebenaran dan kemenangan yang dijanjikan Allah untuk para kekasih-Nya yang di dalam diri mereka hanya ada Allah (suatu kondisi spiritual yang secara otomatis dan signifikan dapat melahirkan akhlak karimah dan ketaatan menjalankan fikih sebagai manifestasi ketaatan menjalankan perintah Tuhan). Bagi kita yang masih belum optimal dalam mengamalkan dzikrullah dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan, tentu saja hal itu tidak berlaku sepenuhnya; kita tidak dapat serta merta mengandalkan kekuatan metafisik sebagai satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi semua masalah kehidupan. Inilah mengapa saya selalu menekankan pentingnya sistem pembinaan akhlak dan pencerahan fikih agar kondisi minus dalam mengamalkan dzikrullah itu dapat terbantu. Dalam kaitan ini pulalah mengapa YML. Ayahanda Guru sendiri pada tanggal 10 September 1975 mengeluarkan fatwa kurang-lebih dengan redaksi: “Jangan pula engkau lalai pada ilmu syariat, untuk menambah ilmu fikih, memperkuat ilmu tauhid, dan membaca ilmu-ilmu tasauf ... Orang-orang dzikrullah harus mengejar kembali segala kekurangannya mengenai dasar-dasar ilmu fikih, ilmu tauhid dan ilmu tasauf, karena ketiga ilmu ini adalah penyaring segala pendapat dan filsafat yang mungkin timbul secara negatif dari peramalan dzikrullah itu sendiri.”
Kenyataan telah membuktikan bahwa sebagian ikhwan yang hanya mengandalkan kerohanian an sich cenderung “bermain-main” dengan kaji-kaji aneh dan sedikit-banyak mengabaikan akhlak dan fikih ternyata sering menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat sehingga tidak jarang kita terpaksa “berurusan” dengan pihak yang berwajib dan institusi-institusi lain yang terkait (MUI, KUA, Kejaksaan, dll.). Peristiwa-peristiwa semacam ini hampir selalu terjadi pada setiap masa, bahkan telah menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi berdirinya Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) pada tahun 1983. Dalam acara Mengenang 100 Hari Berlindungnya YML. Ayahanda Guru pada tanggal 17 Agustus 2001, masalah ini pernah disinggung oleh Buya. “Pada tahun 1983 banyak surau-surau bermasalah dengan Kantor Urusan Agama sehingga berdirilah BKK,” kata Buya dalam pidatonya.
Ungkapan “bermasalah” dalam pidato Buya tersebut pada umumnya memang menyangkut “pelanggaran” syariat dan akhlak oleh sebagian jamaah, di samping memang ada kecurigaan-kecurigaan yang tidak sehat dan tidak proporsional dari pihak tertentu, terutama dari kalangan penentang tarekat. Apa pun, dengan adanya masalah-masalah tersebut, aktivitas dzikir jamaah TN sedikit-banyak menjadi terganggu.


Misi BKK ke Depan
Sebagai sebuah organisasi, BKK memiliki misi yang sejak dahulu hingga sekarang tidak berubah, dan secara umum dapat diungkapkan dengan redaksi:
        mengawal tharîqah  agar tetap “lurus”, berada dalam Islam, tidak menyimpang dari Islam (dengan kata lain: mengawal nama baik tharîqah yang cenderung lepas kontrol dengan merebaknya kaji-kaji aneh dan sesat).
        mengurus dan menjaga orang-orang tharîqah agar dapat berdzikir dengan tenang, tidak ada gangguan dari pihak mana pun.
        menyebarluaskan tharîqah sebagai bagian penting dari ajaran Islam, serta memotivasi umat Islam agar berdzikir dengan efektif.
Dengan misi tersebut BKK sebenarnya ingin mengajak ikhwan TN khususnya dan umat Islam pada umumnya agar mengamalkan Islam Kaffah secara optimal dan sungguh-sungguh dengan menjadikan unsur kerohanian (dzikrullah) sebagai ruh dari unsur-unsur Islam lainnya. Islam Kaffah yang diwarisi oleh wali-wali mursyid merupakan senjata utama meraih kemenangan duniawi dan ukhrawi yang dijanjikan Tuhan, sehingga kehidupan ideal dapat tercapai secara konkret, dan pada gilirannya posisi umat Islam sebagai khairu ummah dan khalîfah fil ardh dengan atribut rahmatan lil ‘âlamîn benar-benar terwujud secara nyata; tidak hanya sekadar terdengar indah di mimbar-mimbar khotbah tanpa bukti yang signifikan sebagaimana yang selama ini menjadi fenomena keseharian umat Islam. Bukankah hingga sekarang umat Islam sebagai sebuah kelompok, termasuk di Indonesia, masih berkubang dengan kegagalan dibandingkan dengan umat-umat lain (Jepang, Barat dan Eropa)? Mengapa fenomena yang sangat memprihatinkan harus menimpa umat Islam?
Bertolak dari fenomena itulah, sekarang BKK mulai memperluas dan mengembangkan misinya dengan maksud untuk memperkukuh misi yang selama ini sudah dijalankan dengan baik meskipun di sana-sini masih perlu dibenahi. Beberapa misi yang akan diwujudkan BKK pada masa–masa yang akan datang antara lain adalah:
        Memberikan kontribusi yang konkret kepada umat Islam mengenai pemahaman Islam kaffah dan penegakan akhlak karimah.
        Menjembatani dan merealisasikan upaya-upaya persatuan dan ukhuwah Islamiyah antargolongan dalam tubuh umat Islam.
        Mensosialisasikan konsep-konsep pemberdayaan umat Islam melalui forum-forum pelatihan, seminar dan workshop.
Dengan misi tambahan tersebut, yang secara de facto telah dilakukan dan diwujudkan oleh YML. Ayahanda Guru, BKK sebenarnya hendak memposisikan diri sebagai bagian yang sangat penting dari kekuatan Islam di Indonesia, bahkan juga di dunia. Semua itu dilakukan oleh BKK semata-mata untuk mengharumkan nama baik YML. Ayahanda Guru dan ajaran-ajaran beliau; atau, katakanlah, dengan semua itu kita hanya ingin berbakti kepada Guru.
Tidak diragukan bahwa satu-satunya cara berbakti kepada Guru adalah dengan menjalankan semua perintah beliau dan meninggalkan semua larangan beliau. YML. Ayahanda Guru menyuruh kita memperbanyak dzikir, menyuruh kita mengamalkan syariat, dan menyuruh kita memperbaiki akhlak; artinya, beliau menyuruh kita mengamalkan Islam Kaffah. Kita termasuk murid yang berbakti kepada Guru apabila mengerjakan semua ini. YML. Ayahanda Guru melarang kita bergunjing, karena bergunjing akan melemahkan persatuan dan menimbulkan fitnah yang merusak persaudaraan. Jika kita menghindari larangan ini—meskipun ada keinginan di dalam hati untuk melakukannya—maka kita termasuk murid yang berbakti. Adalah kebohongan yang nyata apabila kita mengaku berbakti kepada Guru sementara akhlak kita meresahkan orang-orang di sekeliling kita, senang bergunjing atau menghasud. Adalah bohong apabila kita menyatakan patuh kepada Guru sementara kita tidak masuk Islam secara kaffah.
Berbakti atau patuh kepada perintah Guru adalah kunci sukses. Dengan kerohanian saja, tarekat ini sebenarnya sudah besar dan tangguh, dan pasti akan jauh lebih besar dan lebih tangguh lagi jika dan hanya jika tarekat ini berada di tangan murid-murid yang benar-benar tahkik, patuh dan berbakti kepada Guru, yaitu murid-murid yang berakhlak dan mengamalkan Islam Kaffah.
Sebagai penutup tulisan ini, saya mengimbau kepada diri saya sendiri dan kepada Abang-Abang dan Kakak-Kakak semua, marilah kita mencintai Allah di atas segala-galanya, marilah kita berbakti kepada Allah, dan marilah kita mencintai Allah dengan cara mencintai saudara kita. Sungguh Nabi Muhammad telah menegaskan, “Tidaklah beriman orang yang tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
Wallâhu a’lam.

Menjadi Pribadi Yang Mempesona

Pada dasarnya secara umum manusia ingin mendapatkan kesuksesan dalam hidup. Namun mengapa banyak orang yang belum mendapatkan kesuksesan, mereka merasa gagal. Pertanyaannya mengapa bisa gagal? Jawabannya adalah kemungkinan terbesar mereka gagal karena tidak tahu bagaimana caranya untuk sukses.
Jika seseorang ingin menjadi penyanyi tentu ia harus tahu bagaimana caranya menjadi penyanyi. Jika seseorang ingin menjadi orator, maka hal yang harus dilakukan adalah mengetahui  bagaimana caranya agar menjadi orator. Jika seseorang ingin menjadi pilot, maka dia harus tahu cara bagaimana menerbangkan pesawat. Jika seseorang ingin menjadi pengusaha, tentu ia harus tahu bagaimana kiat-kiat dan cara-cara menjadi pengusaha. Dan banyak hal-hal lainnya sebagai contoh.
Begitu pula lah dengan sukses. Sudah bisa dipastikan untuk mendapat kesuksesan perlu cara dan jalan yang ditempuh. Itulah yang berkembang dewasa ini, betapa banyak forum dan lembaga yang menawarkan berbagai macam cara untuk meraih sukses, baik dalam berkarir maupun dalam bisnis. Karena memang masih banyak dianatara kita yang gagal.
Tak dapat kita pungkiri kegagalan-kegagalan itu muncul akibat tidak adanya pengetahuan bagaimana cara mencapai kesuksesan. Kegagalan itu pun sangat bergantung pula dengan landasan berpikir pribadi seseorang yang melihat bagaimana sebenarnya ukuran sukses.
Ada yang membuat ukuran sukses jika sudah punya kekayaan dengan jumlah tertentu. Ada yang membuat ukuran sukses jika sudah mendapatkan jabatan dan kedudukan tertentu. Ada pula yang membuat ukuran sukses jika sudah mendapatkan pengakuan dan pujian atas prestasi tertentu. Ada yang membuat ukuran sukses apabila diterima dalam suatu perkumpulan atau kelompok elit tertentu. Dan sebagainya. Sungguh ukuran-ukuran sukses tadi begitu empiris dan tidak baku, untuk itu marilah kita gunakan ukuran sukses yang sudah ditunjukkan tuhan dan dicontohkan Rasul-Nya
Apakah seorang Muhammad Rasulullah SAW merupakan sosok manusia sukses? Kami yakin 100 % jawaban kita secara serentak ”Ya, tentu saja beliau merupakan pribadi yang sukses”. Sekarang tahukah kita bagaimana sosok Rasulullah tersebut.
Beliau adalah manusia pilihan yang mendapatkan amanah dari Allah SWT untuk menyampaikan berbagai pesan-Nya kepada manusia. Bagaimana caranya menjadi pedagang yang selalu beruntung. Bagaimana caranya menjadi orang tua. Bagaimana caranya menjadi seorang anak. Bagaimana menjadi seorang isteri, menjadi seorang suami. Bagaimana caranya berhubungan dengan orang lain. Intinya Beliau menyampaikan pesan Tuhan kepada manusia bagaimana caranya menjadi manusia.
Beliau juga diakui dunia bukan hanya dari kalangan Islam, sebagai pemimpin yang sukses dan paling berpengaruh dalam catatan sejarah seperti yang ditulis oleh Michael Hart dalam bukunya 100 Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah.
Rasulullah berhasil membina suku-suku di Jazirah Arab yang ketika itu merupakan pusat perdagangan dunia. Bahkan bukan hanya untuk sukunya sendiri. Ternyata beliau menaklukan semuanya berkat akhlak, charakter dan kepribadiannya yang menarik. Sehingga seantero penduduk negeri ketika itu mengenal dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya dengan gelar Al-Amin.
Gambaran kepribadian Rasulullah diantaranya, beliau selalu tersenyum bahkan mengajarkan kepada umatnya bahwa senyum merupakan bagian dari sedekah. ”At-tabassumu shodaqoh” senyum adalah sedekah. Beliau juga selalu bersyukur, tidak pernah mengeluh dan tetap bersabar. Kita masih ingat ketika Rasul dilempari dengan batu dan kotoran oleh penduduk Thaif beliau tidak memintakan malaikat Jibril untuk menimpakan bukit kepada mereka padahal malaikat sudah menawarkan pilihan itu. Subhanallah...
Kondisi orang-orang yang pantang mengeluh, tetap bersabar dan berbuat kebajikan atau amal sholeh telah dilukiskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS Hud : 11)
Hadirin sidang jum’at rahimakumullah
Nabi Muhammad juga sebagai sosok penolong dan pemurah, bahkan sering mengabaikan kepentingan pribadi dan keluarganya hanya karena lebih mendahulukan kepentingan orang lain. Ketika suatu hari beliau didatangi pengemis yang meminta makanan, padahal hari itu beliau dan juga putrinya Fatimah sama-sama belum makan. Beliau dengan ikhlas memberikan jatah makan yang sebelumnya disiapkan untuknya dan juga putrinya. Ini suatu bukti pengamalan firman Allah SWT;
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah, 2 : 177)
Rasulullah juga dikenal sebagai sosok yang Tidak pernah marah, tidak pernah kata-katanya menyakiti hati. Hal tersebut dapat tergambar dalam kisah Anas Bin Malik, seorang pembantu rasulullah yang mengaku bahwa beliau tidak pernah marah dan mengeluarkan kata-kata menyakitkan, selama sekian tahun Anas hanya mendapati beliau marah ditandai dengan wajahnya memerah, ”tangannya mengusap kepala ku kemudian menyuruh ku pergi sesuka hati ku.” Ungkap Anas.
Rasulullah senang menutupi aib orang lain, rendah hati dan tidak sombong. Suatu saat  ketika perjalanan dari Madinah ke Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah Muhammad terlihat menarik unta sementara Abu Bakar berada di atas punggung unta. Beliau bukan saja menjadi penumpang setia namun bersedia bergantian dengan Abu Bakar selama perjalanan. Lihatlah seorang pemimpin besar tidak malu untuk menuntun unta yang dinaiki bawahannya, Ini bukti kerendahatian beliau.
Kepribadian beliau yang lain ialah Menepati janji, tidak pernah mau membicarakan orang lain dan tidak pernah berburuk sangka kepada orang lain seperti halnya larangan yang telah difirmankan Allah dalam surat Al-Hujarat ayat 12.
Hadirin sidang jumu’ah rahimakumullah....
Kepribadian berikutnya yang dimiliki rasulullah adalah selalu Hadir pada kesusahan atau kebahagiaan orang lain. Telah terbukti ketika orang yang selalu memaki-maki dan meludahi beliau setiap perjalanan berangkat sholat Subuh tiba-tiba tidak nampak lagi di tepi jalan tempat biasa ia memaki. Kemudian  Rasulullah menanyakan kepada sahabat yang lain kemanakah gerangan orang yang biasa meludahi ku. Sahabat menjawab bahwa ia sedang sakit. Maka Rasululullah pun datang menjenguk orang tadi.
Beliau juga Sangat ramah, menyapa terlebih dahulu (dia yang meminta semua pengikutnya harus menjadi orang ramah mengucapkan salam). Tidak membeda-bedakan orang lain. Beliau juga Rapi dan sering para sahabat menjumpainya saat sedang bersisir. Beliau Sangat bersih dan wangi, mengajurkan bersiwak atau mengosok gigi, memakai wangi-wangian.
Yang tak kalah hebatnya dari kepribadian beliau adalah Pema’af. Ketika Du’Tsur mengejar Rasulullah untuk membunuhnya dengan harapan mendapatkan 100 ekor unta sebagai imbalan sayembara pemuka Kafir Qurais bagi siapa saja yang mendapatkan Muhammad dalam keadaan hidup atau mati. Di suatu lembah Du’tsur mencoba menghampiri Rasulullah dengan wajah dan ucapan mengerikan serta hunusan pedangnya yang tajam namun Rasulullah terselamatkan oleh kebesaran kalimah Allah. Setelah itu posisi pedang berpindah tangan, Rasul pun membalikkan arah pedang ke leher Du’tsur yang sudah mulai ketakutan sambil bertanya ”Wal An man yamna’uka minni”  Sekarang siapa yang akan menolongmu? dengan nada memelas Du’tsur menjawab tidak ada Muhammad melainkan jika engkau mau mema’afkan dan memberiku ampun. Rasulullah pun mema’afkan dan menyeruhnya untuk pulang.
Peristiwa ini senada dengan Firman Allah SWT:

“Berikanlah kemaafan dan suruhlah dengan kebaikan serta pedulikanlah orang-orang yang bodoh itu.”   (al-A’raf: 199)
Dan masih banyak lagi kepribadian-kepribadian beliau yang belum kita ceritakan disini. Sungguh betapa mempesonanya kepribadian Rasulullah...
Tidak diragukan lagi bahwa ummat manusia tidak akan mungkin mampu menggapai cita-cita sebagaimana yang dicanangkan Allah SWT seandainya di tengah-tengah mereka tidak ada orang yang memiliki akhlak mulia atau kepribadian mempesona.
Rasulullah sendiri sepanjang hidupnya telah membuktikan kebenaran dan keampuhan pribadi beliau yang sangat mempesona. Ia adalah seorang tokoh sejarah yang sangat sukses. Dalam banyak hal, kesuksesannya itu berhasil diraih karena ia selalu mengedepankan akhlak yang lembut dan menyentuh saat berinterakasi dengan umatnya.
Mari kita lihat
Mengapa Rasulullah mendapatkan kepercayaan sebagai Al-Amin yang berhak mengangkat dan memindahkan hajar Aswad? Jawabannya tentu karena Rasulullah memiliki kepribadian yang mempesona.
Mengapa seorang saudagar kaya Khadijah meminta Rasul agar memperisterinya, sementara semua mahar dan kelengkapan pernikahan yang harganya luar biasa mahal ditanggung sendiri oleh Khadijah? Jawabannya tentu karena Rasulullah memiliki kepribadian yang mempesona.
Mengapa Rasulullah berhasil menaklukkan kota Mekkah, mengajak seluruh penduduknya memeluk agama Islam tanpa cara kekerasan dan pertumpahan darah? Jawabannya tentu karena Rasulullah memiliki kepribadian yang mempesona.
Mengapa Rasulullah saat berdagang laku lebih cepat dari kebiasaan orang lainnya yang berdagang?  Jawabannya tentu karena Rasulullah memiliki kepribadian yang mempesona.
Dan masih banyak lagi rahasia kesuksesan beliau yang kita bongkar dengan pertanyaan mengapa dan mengapa. Jawabannya hanya dengan satu ungkapan karena Rasulullah memiliki kepribadian yang mempesona.
Hal ini terekam dalam Al-Quran saat Allah SWT menyatakan bahwa seandainya Nabi Muhammad tidak bersikap lemah lembut, maka umat manusia niscaya akan menjauh darinya.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali-Imran, 3 : 159)
Saat menerangkan tentang kepribadian Rasulullah SAW, Ayatullah Khamanei menyatakan, “Nabi yang mulia adalah kumpulan keutamaan semua nabi dan para kekasih Allah. Beliau adalah naskah terlengkap dari semua kebajikan yang ada pada diri para utusan Tuhan sepanjang sejarah. Ketika nama Nabi Muhamad kita sebut, kita seakan-akan sedang mendeskripsikan kehadiran seluruh nama cemerlang dari orang-orang suci, mulai dari Nabi Ibrahim, Nuh, Musa, Isa, Luqman, serta semua nama dari para imam yang suci.”
Sementara Rahbar menambahkan, “Di antara bintang-bintang yang bertaburan menghiasi jagad semesta, ada bintang-bintang tertentu yang sangat cemerlang dan memancarkan cahaya seakan-akan ia adalah sebuah galaksi. Padahal, galaksi sendiri sebenarnya adalah sebutan untuk sekumpulan bintang-bintang. Rasulullah di tengah-tengah itu, para kekasih Allah ibarat bintang besar yang kekuatan cahayanya menyerupai galaksi di tengah-tengah bintang-bintang lainnya. Nabi Muhamad adalah pribadi cemerlang, sebagaimana cemerlangnya galaksi di jagad raya.”
Tak heran jika Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak dan budi pekerti. Karena memang sejak zaman nabi Adam AS dan Rasul-rasul berikutnya hingga Nabi Isa AS Tauhid Ketuhanan telah sempurna diturunkan oleh Allah SWT. Tentu misi diutusnya Muhammad Rasulullah SAW sebagai rencana Tuhan untuk membentuk akhlak dan kepribadian manusia. Sesuai dengan Sabdanya: Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlak. ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang baik”
Dengan perkataan lain maksudnya kira-kira bahwa “Umat Islam harus menjadi orang-orang yang mempesona”
Allah dengan tegas memberikan penjelasan dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Dapat pula kita fahami bahwa Ajaran Islam adalah rangkaian cara-cara bagaimana meniru dan mencontoh Muhammad SAW dalam segala sisi kehidupan baik hubungannya antara manusia dengan Tuhan maupun hubungannya antara manusia dengan manusia.
Dengan perkataan lain “Seorang Islam harus menjadi seorang Muhammad” menjadi duplikatnya menjadi fotocopy darinya baik secara lahir maupun secara bathin. Bukan hanya batinnya saja tapi lahir atau zahirnya jangan kita abaikan. Semuanya tergambar dalam kepribadian Rasulullah yang kita sering kenal dengan istilah akhlak.
Jika semua orang Islam berkepribadian seperti Rasulullah. Betapa mempesonanya akhlak orang Islam.
Dari berbagai uraian tadi setidaknya dapat kita lihat hal-hal sebagai berikut, diantaranya bahwa;
1.     Akhlak adalah ajaran utama Islam
2.     Akhlakul Karimah membuat pribadi yang mengamalkannya menjadi seorang yang mempesona
3.     Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk menjadi pribadi yang mempesona
4.     Kecantikan dari dalam - Inner beauty - yang bukan polesan adalah akhlakul karimah
5.     Akhlakul karimah dapat mengantarkan seseorang kepada kemuliaan & kejayaan dunia, popularitas, kekuasaan, uang (kalau mau) dan lain-lain, serta bila dijalankan dengan keimanan yang teguh juga mengantar seseorang ke sisi terbaik Tuhannya
6.     Sebagai orang beriman dan hamba yang sholeh kita harus memandang bahwa Tujuan Akhlakul Karimah atau berkepribadian menarik dan mempesona adalah Allah semata, tentu jika membuahkan kemuliaan di dunia hanyalah sebagai akibat, bukan tujuan. Pastilah berbeda dengan orang yang tidak beriman, yang memandang bahwa berkepribadian menarik dan mempesona karena ada maunya, karena menjadikan keuntungan dan uang sebagai tujuan. Dan ini tentu nol nilainya di hadapan Tuhan. Sebab Allah tidak melihat itu semua, Dia hanya melihat hati yang menjadi barometer kemuliaan di sisi-Nya.
Akhirnya marilah kita sadari bahwa ajaran Islam adalah tentang pribadi yang mempesona, rahmatan lil’alamin menebarkan kasih sayang untuk seantero alam di jagad raya ini. Mari kita baca lagi buku-buku tentang apa dan bagaimana Rasulullah. Baca dan baca lagi karena itulah ajaran Islam. Baca pula pesan Tuhan yang dikatakan Rasulullah melalui hadits-haditsnya. Juga janganlah kita lupa agar terus membaca rohani kita, baca dan baca dengan berdzikir sebanyak-banyaknya sebab itu pun perintah Allah dan dilakukan oleh Rasulullah.
Mari kita sadari pula bahwa Anggapan dan pandangan “beragama itu berat” harus disingkirkan jauh-jauh dari pemikiran kita. Kita buang anggapan tersebut dan gantikan dengan kesadaran bahwa “beragama itu mempesona”. Sadarilah bahwa selaku umat nabi Muhammad, bila tidak melaksanakan akhlakul karimah, kita berdosa. Dengan perkataan lain orang Islam wajib berakhlakul karimah, wajib mempesona kepribadiannya.
Marilah tetap yakin dan percaya serta tetap memegang teguh nilai-nilai ajaran Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an dan penjelasan lain yang lebih rinci melalui hadits Rasul-Nya.
Selanjutnya dimanapun kita berada, apapun profesi kita mari miliki dan amalkan kepribadian yang menarik lagi mempesona karena itulah perintah Tuhan untuk menggapai segala kesuksesan. Semoga kita sukses di dunia dan di akhirat Amin Ya Rabbal Alamin

Manajemen Bisnis Rasulullah

 
 Kelahiran Nabi Muhammad merupakan peristiwa yang tiada bandingnya dalam sejarah umat manusia, karena kehadirannya telah membuka zaman baru dalam pembangunan peradaban dunia bahkan alam semesta (rahmatul-lil’alamin 21:107) Beliau adalah utusan Allah SWT yang terakhir sebagai pembawa kebaikan dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Michael Hart dalam bukunya, menempatkan beliau sebagai orang nomor satu dalam daftar seratus orang yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sejarah. Kata Hart, "Muhammad Saw terpilih untuk menempati posisi pertama dalam urutan seratus tokoh dunia yang paling berpengaruh, karena beliau merupakan satu-satunya manusia yang memiliki kesuksesan yang paling hebat di dalam kedua bidang-bidang sekaligus : agama dan bidang duniawi".
Kesuksesan Nabi Muhammad Saw telah banyak dibahas para ahli sejarah, baik sejarawan Islam maupun sejarawan Barat. Salah satu sisi kesuksesan Nabi Muhammad adalah kiprahnya sebagai seorang padagang (wirausahawan). Namun, sisi kehidupan Nabi Muhammad sebagai pedagang dan pengusaha kurang mendapat perhatian dari kalangan ulama pada momentum peringatan maulid Nabi. Karena itu, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di tahun 1427 H ini, kita perlu merekonstruksi sisi tijarah Nabi Muhammad Saw, khususnya manajemen bisnis yang beliau terapkan sehingga mencapai sukses spektakuler di zamannya.

Aktivitas Bisnis Muhammad

Reputasi Nabi Muhammad dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh Muhaddits Abdul Razzaq. Ketika mencapai usia dewasa beliau memilih perkerjaan sebagai pedagang/wirausaha. Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para investor (shohibul mal) berdasarkan bagi hasil. Seorang investor besar Makkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai manajer ke pusat perdagangan Habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah mendatangkan keuntungan besar baginya dan investornya.Tidak satu pun jenis bisnis yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain di sebelah timur Semenanjung Arab.

Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa di sekitar masa mudanya, Nabi Saw banyak dilukiskan sebagai Al-Amin atau Ash-Shiddiq dan bahkan pernah mengikuti pamannya berdagang ke Syiria pada usia anak-anak, 12 tahun.

Lebih dari dua puluh tahun Nabi Muhammad Saw berkiprah di bidang wirausaha (perdagangan), sehingga beliau dikenal di Yaman, Syiria, Basrah, Iraq, Yordania, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab. Namun demikian, uraian mendalam tentang pengalaman dan keterampilan dagangnya kurang memperoleh pengamatan selama ini.

Sejak sebelum menjadi mudharib (fund manager) dari harta Khadijah, ia kerap melakukan lawatan bisnis, seperti ke kota Busrah di Syiria dan Yaman. Dalam Sirah Halabiyah dikisahkan, ia sempat melakukan empat lawatan dagang untuk Khadijah, dua ke Habsyah dan dua lagi ke Jorasy, serta ke Yaman bersama Maisarah. Ia juga melakukan beberapa perlawatan ke Bahrain dan Abisinia. Perjalanan dagang ke Syiria adalah perjalanan atas nama Khadijah yang kelima, di samping perjalanannya sendiri- yang keenam-termasuk perjalanan yang dilakukan bersama pamannya ketika Nabi berusia 12 tahun.

Di pertengahan usia 30-an, ia banyak terlibat dalam bidang perdagangan seperti kebanyakan pedagang-pedagang lainnya. Tiga dari perjalanan dagang Nabi setelah menikah, telah dicatat dalam sejarah: pertama, perjalanan dagang ke Yaman, kedua, ke Najd, dan ketiga ke Najran. Diceritakan juga bahwa di samping perjalanan-perjalanan tersebut, Nabi terlibat dalam urusan dagang yang besar, selama musim-musim haji, di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim lain, Nabi sibuk mengurus perdagangan grosir pasar-pasar kota Makkah. Dalam menjalankan bisnisnya Nabi Muhammad jelas menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang jitu dan handal sehingga bisnisnya tetap untung dan tidak pernah merugi.

Implementasi manajemen bisnis

Jauh sebelum Frederick W. Taylor (1856-1915) dan Henry Fayol mengangkat prinsip manajemen sebagai suatu disiplin ilmu, Nabi Muhammad Saw. sudah mengimplementasikan nilai-nilai manajemen dalam kehidupan dan praktek bisnisnya. Ia telah dengan sangat baik mengelola proses, transaksi, dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis serta pihak yang terlihat di dalamnya. Bagaimana gambaran beliau mengelola bisnisnya, Prof. Afzalul Rahman dalam buku Muhammad A Trader, mengungkapkan:

"Muhammad did his dealing honestly and fairly and never gave his customers to complain. He always kept his promise and delivered on time the goods of quality mutually agreed between the parties. He always showed a gread sense of responsibility and integrity in dealing with other people". Bahkan dia mengatakan: "His reputation as an honest and truthful trader was well established while he was still in his early youth".

Berdasarkan tulisan Afzalurrahman di atas, dapat diketahui bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pedagang yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggannya komplen. Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang di pesan dengan tepat waktu. Dia senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dengan siapapun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah dikenal luas sejak beliau berusia muda.

Dasar-dasar etika dan menejemen bisnis tersebut, telah mendapat legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin mendapat pembenaran akademis di penghujung abad ke-20 atau awal abad ke-21. Prinsip bisnis modern, seperti tujuan pelanggan dan kepuasan konsumen (costumer satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence), kompetensi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat dan kompetitif, semuanya telah menjadi gambaran pribadi, dan etika bisnis Muhammad Saw ketika ia masih muda.

Pada zamannya, ia menjadi pelopor perdagangan berdasarkan prinsip kejujuran, transaksi bisnis yang fair, dan sehat. Ia tak segan-segan mensosialisasikannya dalam bentuk edukasi langsung dan statemen yang tegas kepada para pedagang. Pada saat beliau menjadi kepala negara, law enforcement benar-benar ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal. Beliau pula yang memperkenalkan asas "Facta Sur Servanda" yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan perjanjian. Di tangan para pihaklah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan transaksi, yang dibangun atas dasar saling setuju "Sesungguhnya transaksi jual-beli itu (wajib) didasarkan atas saling setuju (ridla)…." Terhadap tindakan penimbunan barang, beliau dengan tegas menyatakan: "Tidaklah orang yang menimbun barang (ihtikar) itu, kecuali pasti pembuat kesalahan (dosa)!!!"

Sebagai debitor, Nabi Muhammad tidak pernah menunjukkan wanprestasi (default) kepada krediturnya. Ia kerap membayar sebelum jatuh tempo seperti yang ditunjukkannya atas pinjaman 40 dirham dari Abdullah Ibn Abi Rabi’. Bahkan kerap pengembalian yang diberikan lebih besar nilainya dari pokok pinjaman, sebagai penghargaan kepada kreditur. Suatu saat ia pernah meminjam seekor unta yang masih muda, kemudian menyuruh Abu Rafi’ mengembalikannnya dengan seekor unta bagus yang umurnya tujuh tahun. "Berikan padanya unta tersebut, sebab orang yang paling utama adalah orang yang menebus utangnya dengan cara yang paling baik"(HR.Muslim).

Sebagaimana disebut diawal, bahwa penduduk Makkah sendiri memanggilnya dengan sebutan Al-Shiddiq (jujur) dan Al-Amin (terpercaya). Sebutan Al-Amin ini diberikan kepada beliau dalam kapasitasnya sebagai pedagang. Tidak heran jika Khadijah pun menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan, sehingga ia mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai pasar di Utara dan Selatan dengan modalnya. Ini dilakukan kadang-kadang dengan kontrak biaya (upah), modal perdagangan, dan kontrak bagi hasil.

Dalam dunia manajemen, kata benar digunakan oleh Peter Drucker untuk merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti melakukan sesuatu secara benar (do thing right), sedangkan efektivitas adalah melakukan sesuatu yang benar (do the right thing).

Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini diwujudkan melalui penerapan konsep dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas ditekankan pada tingkat pencapaian atas tujuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemilihan strategi yang tepat.

Prinsip efisiensi dan efektivitas ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu bisnis. Prinsip ini mendorong para akademisi dan praktisi untuk mencari berbagai cara, teknik dan metoda yang dapat mewujudkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi-tingginya. Semakin efisien dan efektif suatu perusahaan, maka semakin kompetitif perusahaan tersebut. Dengan kata lain, agar sukses dalam menjalankan binis maka sifat shiddiq dapat dijadikan sebagai modal dasar untk menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas.

Demikian sekelumit sisi kehidupan Nabi Muhammad dalam dunia bisnis yang sarat dengan nilia-nilai manajemen, Semoga para pebisnis modern, dapat meneladaninya sehingga mereka bisa sukses dengan pancaran akhlak terpuji dalam bisnis.